Selasa, 13 Januari 2009

Sukuk Ritel, Investasi Minim Resiko

Rabu, 14/01/2009 11:32 WIBSukuk Ritel, Investasi Minim RisikoIrna Gustia - detikFinance
(Foto: dok detikFinance)

Jakarta - Satu lagi investasi baru yang bisa menjadi pilihan investor bermodal kecil. Setelah menerbitkan obligasi negara ritel (ORI), pemerintah segera menjual obligasi ritel berbasis syariah. Investasi yang minim risiko karena dijamin pemerintah.Praktisi syariah Iggy H Achsien menilai, sukuk ritel punya pasar yang bagus dan memberikan alternatif pilihan untuk investor yang mencari investasi syariah."Karena selama ini, investasi syariah yang ada baru reksa dana syariah, deposito syariah. Munculnya sukuk ritel sudah lama dinantikan," kata Iggy dalam perbincangannya dengan detikFinance, Rabu (14/1/2009).Meski kondisi pasar sedang lesu, munculnya sukuk ritel menurut Iggy tidak menghalangi investor untuk melakukan investasi syariah ini. "Apalagi sukuk ritel ini dijamin pemerintah, tentu risikonya pun minim," katanya.Pemerintah akan mulai menyosialisasikan sukuk ritel perdana pada 6-20 Februari 2009. Manajer Investasi yang ditunjuk telah melakukan road show ke beberapa daerah untuk penjualan sukuk ini, seperti yang dilakukan di Medan pada 13 Januari kemarin. Batas pembelian sukuk ritel ini minimum Rp 5 juta dan kelipatannya dengan nilai nominal per unitnya Rp 1 juta. Karakteristik sukuk ritel ini memiliki akad ijarah sale and lease back dengan tenor 3 tahun nominal dengan jatuh tempo tanggal 25 Februari 2012. Sedangkan pembayaran imbalan bulanan setiap tanggal 25.Investor yang berminat bisa mulai melakukan pemesanan di agen penjual. Sedangkan penjatahan akan dilakukan pada 23 Februari 2009, pembayaran penyelesaian (settlement) pada 25 Februari 2009 dan tanggal pencatatan di bursa 26 Februari 2009.Agen penjual sukuk ritel ini mencakup 13 agen penjual yang meliputi 4 bank umum konvensional, 1 Bank Umum Syariah dan 8 perusahaan efek.Bank Umum: Bank Mandiri, Citibank, HSBC dan BIIBank Syariah: Bank Syariah MandiriPerusahaan Efek: Danareksa Sekuritas, Trimegah Securities, CIMB-GK Securities, PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Reliance Securities, Anugerah Securindo Indah, Bahana Securities dan BNI Securities.Bagaimana tingkat return investasi sukuk ritel yang didapat investor? Meski pemerintah belum mengeluarkan kisaran bunganya, kemungkinan tingkat imbal hasil yang diberikan di atas deposito saat ini.Ingin investasi syariah? Sukuk ritel bisa jadi pilihan Anda.

Investasi Valas ? Lihat dulu Prospek Rupiah

Senin, 22/12/2008 13:19 WIBInvestasi Valas? Lihat Dulu Prospek RupiahIrna Gustia - detikFinance
(Foto: dok Danareksa)

Jakarta - Pelemahan rupiah yang mencolok terlihat sejak Oktober 2008. Rupiah sempat anjlok ke 12.850 per dolar AS namun kemudian bisa menguat lagi seiring dengan kebijakan valas oleh Bank Indonesia. Lalu bagaimana prospek rupiah di ujung tahun hingga awal tahun depan?Tidak ada salahnya bagi investor yang rajin berinvestasi di valas melihat dulu arah pergerakan mata uang lokal ini. Berikut analisa dan prospek rupiah dari analis Danareksa Sekuritas, Aldo Perkasa seperti detikFinance, Senin (22/12/2008).Rupiah sempat mengalami depresiasi yang cukup dalam hingga -30% (pada saat dolar AS mencapai Rp 12.400), dibandingkan dengan negara lainnya yang rata-rata mengalami depresiasi sebesar 10%, akibat ketakutan para investor asing terhadap negara berkembang.Ekonom Danareksa melihat beberapa alasan yang menyebabkan pelemahan Rupiah terjadi:1. Keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan blanket guarantee. Beberapa negara seperti Singapura, Malaysia and Australia telah melaksanakan kebijakan blanket guarantee sejak bulan Oktober, dan ini memicu capital outflows yang kemudian mempengaruhi stabilitas mata uang kita. Dalam perkembangan terakhir, beberapa pihak telah mengusulkan kebijakan ini kepada pemerintah, namun tampak pemerintah masih terus mendiskusikan hal tersebut.2. BI telah mengeluarkan kebijakan untuk transaksi dolar AS yang mengatur jumlah maksimum dolar AS yang dapat dibeli setiap bulannya. Namun, dengan sosialisasi yang kurang, hal ini justru dapat memicu sentimen negatif terhadap Rupiah akibat pemegang USD yang merasa khawatir untuk sulit mendapatkan USD kembali di masa mendatang, sehingga membuat mereka berpikir dua kali untuk menukarkan USD-nya.3. Investor global mungkin melihat ekonomi Indonesia sebagai salah satu yang memiliki risiko mata uang yang besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa yang sekitar 2,8x dibandingkan rata-rata Asia yang hanya 1,1x.Dalam perkembangan terakhir, rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan ke level Rp 10.900-an di minggu kedua bulan Desember.Ekonom Danareksa juga melihat potensi penguatan USD akan terus berlanjut hingga ke Rp 10.000/USD di Januari 2009 yang didukung oleh beberapa hal:1. Indonesia bukan negara export dependent.Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Indonesia memiliki rasio ekspor terhadap Pendapatan per Kapita yang paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Maka seharusnya ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa bertahan di tengah krisis global ini.Indonesia memiliki rasio tingkat ekspor terhadap pendapatan per kapita yang cukup kecil dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu sekitar 30%, dibandingkan dengan Malaysia 110%, Singapura 230% dan Thailand 73%.2. Tingkat inflasi dan suku bunga yang stabil.Seiring dengan penurunan harga komoditas dunia, maka tingkat inflasi akan ikut turun, begitu juga dengan suku bunga. Inflasi bulan November mulai menurun (0,12% dalam satu bulan terakhir dan 11,7% dalam satu tahun terakhir. Sementara BI Rate turun ke level 9,25%.Hal ini akan berimbas positif pada ekonomi indonesia dan tidak akan memicu capital outflows, karena tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara lain. Untuk tahun depan ekonom kami memperkirakan inflasi akan mencapai 8% dan BI rate 8,5% di akhir tahun 2009.3. AS akan mencetak uang dalam jumlah besar. Fed telah menyuntikkan triliunan USD ke sistem finansial AS untuk mendukung perekonomiannya, dan ini dilakukan dengan cara mencetak uang, yang dikonfirmasikan dengan adanya stimulus sebesar USD 800 miliar, sehingga akan meningkatkan suplai USD di pasar. Seiring dengan kontraksi ekonomi AS, hal ini akan berpotensi menekan USD dan membantu Rupiah untuk mengalami apresiasi.Aldo mengingatkan, di balik pasar finansial yang mulai rebound, kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi dunia dan domestik tetap perlu, sebab risiko terhadap perlambatan ekonomi tersebut masih ada sehingga kemungkinan bagi pasar finansial untuk mengalami koreksi kembali juga masih cukup besar.(ir/qom)